Inikah Masalah Pemicu Bunuh Diri

Angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia terbilang cukup tinggi. Berdasarkan laporan dari Kementerian Kesehatan, jumlah kematian akibat bunuh diri di Jakarta mencapai 160 pertahun. Ini artinya, jumlah korban bunuh diri bisa mencapai 10 orang per bulan.

Pihak Kementrian Kesehatan pun melakukan berbagai upaya untuk menanganinya. Baginya, bunuh diri merupakan bagian dari masalah medis yang bisa diprediksi kejadiannya, sehingga bisa diminimalisir.

“Sebenarnya jika ditelisik dari segi medis, masalah bunuh diri dipicu oleh masalah psikososial, memiliki gangguan psikiatri, depresi serta dipengaruhi oleh faktor genetik. Tapi sering yang menjadi faktor pencetusnya adalah masalah ekonomi dan juga masalah pernikahan," kata Direktur Kesehatan Jiwa, dari Kementerian Kesehatan, Dr Irmansyah saat di temui di kantornya. "Meski demikian bisa diprediksi kejadiannya, karena, jika seseorang sekali gagal melakukan bunuh diri, pasti akan ada percobaan berikutnya. Ini yang perlu diwaspadai,” tambahnya lagi.

Untuk menangani masalah ini, Kementrian Kesehatan kini menyiapkan tenaga medis yang disiagakan di Puskesmas. Di beberapa Puskesmas, tenaga medis mulai dari dokter umum yang bisa mendalami masalah kesehatan jiwa, psikolog, dan juga psikiater sudah disiapkan.

Meski belum bisa menjangkau seluruh puskesmas yang ada, namun, ke depan akan dipersiapkan lebih matang, agar masyarakat bisa mendapatkan banyak informasi seputar resiko dan bahaya bunuh diri.

Tak hanya itu, Kementrian Kesehatan juga telah merilis Hotline bunuh diri dengan nomor “500 454” pada 10 November 2010. Dan kini, jumlah penelpon semakin banyak.

Menurut Direktur RSJ Suharto Heedjan Grogol, dr Bella Patrijaya SpKJ, semenjak di launching jumlah penelpon semakin banyak. Bahkan jumlah personil relawan yang hanya 10 orang sampai kewalahan melayani penelfon.

“Dulu awal launching, penelponnya cuma 1-2 orang perhari tapi kini dalam satu hari bisa mencapai 50 -90 perhari,” katanya.

Mereka yang melakukan konsultasi dari usia yang bervariasi, mulai dari usia ABG hingga usia lansia. Masalah yang dikeluhkan juga bervariasi, tetapi pada umumnya mereka yang masih dalam usia ABG, rata-rata mengeluhkan soal perhatian orangtua dan putus cinta.

“Sementara untuk mereka yang masih usia produktif 30-50 tahun mereka mengeluhkan tentang masalah ekonomi, turun jabatan, belum dapat kerja dan usaha bangkrut," ucap Bella.

Lain halnya dengan mereka yang berada di usia lansia, mereka justru lebih banyak berkeluh kesah tentang kurangnya kasih sayang dari seorang anak. Kebanyakan dari mereka mengaku depresi karena tak lagi tinggal bersama anak-anaknya, merasa kesepian dan butuh teman.

“Apalagi mereka yang sudah pensiun, kebanyakan mereka mengalami depresi karena tinggal sendiri di rumah,” terangnya lagi.

Bella berharap, hotline ini bisa bermanfaat untuk masyarakat dan bisa meredam keinginan bunuh diri. Karena, dengan bercerita pada orang lain, dan menjadi pendengar yang baik, akan sangat bermanfaat bagi mereka yang memiliki keinginan bunuh diri, sehingga, jumlah korban bisa diminimalisir.
Source: http://kosmo.vivanews.com/news/read/199462-inikah-masalah-pemicu-bunuh-diri

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...