Beginilah Kondisi Tubuh Mantan Petinju
Badan kekar adalah ciri khas petinju yang mengartikan tubuhnya siap untuk ditinju dan meninju. Pukulan-pukulan yang diterima petinju akan terakumulasi dan tubuhnya akan menanggung akibatnya usai karirnya habis.
Tinju merupakan salah satu olahraga dengan risiko cedera otak paling tinggi, sebab kepala selalu menjadi sasaran dalam olahraga ini. Tak heran jika di Amerika 90 persen mantan petinju mengalami cedera otak berkelanjutan.
Data dari American Association of Neurological Surgeons seperti dilansir Jumat (17/12/2010) menunjukkan beberapa kondisi tubuh mantan petinju yang lebih banyak cederanya.
Cedera otak berkelanjutan (sustained) merupakan risiko tertinggi yang dialami petinju di penghujung karirnya. Risiko lain yang harus ditanggung adalah pikun dan gangguan penglihatan.
Pukulan para petinju yang mengarah langsung ke kepala tidak bisa diremehkan kekuatannya. Penelitian American Association of Neurological Surgeons tahun 2006 menunjukkan kekuatan rata-ratanya setara dengan palu kayu 5,5 kg yang diayunkan dengan kecepatan 19 km/jam.
Dengan kekuatan sebesar itu, tidak terlalu mengherankan jika kepala petinju rentan mengalami cedera parah. Terlebih dalam olahraga tinju profesional, pelindung yang digunakan hanya berupa sarung tinju dan bukan helm busa seperti dalam tinju amatir.
Penelitian dari Nevada Athletic Commission memang menunjukkan ketebalan sarung tinju memberi efek peredam yang cukup signifikan terhadap benturan di kepala. Namun karena efek benturan bisa terakumulasi, kepala tetap bisa mengalami trauma jika sering terkena pukulan sepanjang 12 ronde.
Faktor lain yang memicu akumulasi efek benturan adalah hitungan mundur yang diberikan wasit ketika salah satu petinju jatuh tersungkur. Hitungan itu memaksa petinju untuk menentukan sendiri apakah akan menghentikan pertarungan atau melanjutkan dengan risiko cederanya tambah parah.
Padahal ketika jatuh tersungkur karena hilang keseimbangan, seorang petinju sudah menunjukkan tanda-tanda cedera di kepala sehingga cukup beralasan jika laga dihentikan saat itu juga. Jika dilanjutkan, risiko akumulasi efek benturan bisa memicu kondisi yang dinamakan pugilistic dementia.
Risiko terburuk dalam olahraga tinju tentu saja adalah kematian. Antara tahun 1998-2006, British Board of Sports Medicine mencatat sedikitnya ada 70 kasus kematian akibat cedera yang berhubungan dengan tinju.
Sementara itu penelitian di Johns Hopkins University menunjukkan, kematian dalam olahraga beladiri dan tinju paling banyak disebabkan oleh trauma di kepala dan perdarahan otak. Penelitian ini sekaligus menobatkan tinju sebagai olahraga paling berbahaya di Amerika Serikat
Source: http://www.detikhealth.com/read/2010/12/17/093901/1527012/763/beginilah-kondisi-tubuh-mantan-petinju?ld991107763
No comments:
Post a Comment