Satu negara yang paling cemas dengan perkembangan Mesir adalah Israel. Presiden Mesir Hosni Mubarak yang saat ini dituntut mundur adalah penyokong kuat perdamaian dengan Israel.
Di bawah Mubarak, Mesir menjalin kerjasama luas dengan Israel. Salah satunya, Mesir menjadi memasok gas alam sebesar 1,7 miliar meter kubik per tahun untuk Israel.
Editor Jerusalem Post David Horovitz menyebut reaksi Israel sangat panik. "Asumsi strategis yang keras dicairkan hanya dalam semalam," tulisnya seperti dilansir The Guardian, Sabtu 5 Februari 2011.
"Pemerintah Israel ketakutan," kata Dr Shmuel Bachar, dari Institut Kebijakan dan Strategi Israel. "Selama 30 tahun kita tergantung pada perdamaian damai Mesir dengan Israel. Kini, tiba-tiba, kita harus menemukan kembali eksistensi yang disebut rakyat Mesir, eksistensi yang selama ini kita abaikan."
Israel memang terancam dengan gerakan massa ini. Pekan lalu, pejabat senior Israel meminta sejumlah kedutaan besar Israel menerangkan pada negeri yang ditempatinya mengenai pentingnya stabilitas Mesir.
Beberapa pengamat dari Israel juga marah dengan sikap kritis Amerika Serikat atas Israel yang dinilai tak membawa kepentingan Amerika atau Israel. Jajak pendapat yang digelar koran Yediot Ahronot menemukan 65 persen warga Israel menilai pelengseran Mubarak berakibat buruk bagi Israel.
Ketakutan utama mereka pada Ikhwanul Muslimin, sebuah organisasi yang anti-Israel, bisa mengambil alih kekuasaan dan membalik hubungan dengan Israel. Sejak 1979, melalui perjanjian damai, Israel telah diuntungkan dengan posisi Mesir yang tidak berhadapan dengan mereka sehingga Israel tak pernah menganggarkan perang dengan Mesir.
Giora Eiland, pensiunan jenderal Israel, menyatakan, sebelum perjanjian, anggaran pertahanan Israel 30 persen dari pendapatan domestik bruto. "Turun jadi 7 persen setelah perjanjian damai," katanya.
"Jika Ikhwanul Muslimin berkuasa, akan ada reaksi segera dari Palestina, di mana Hamas, sayap Palestina dari Ikhwanul Muslimin, akan terdorong mengambil alih kekuasaan di Tepi Barat," katanya.
Source
No comments:
Post a Comment